Tuesday, May 12, 2015

Renungan Indonesian in England

BBC Indonesia mengadakan survey: di manakah Anda pada Mei 1998?

Berikut kenangan dan renungan saya, 17 tahun setelah kerusuhan 1998 dan jatuhnya diktator Soeharto.

Sebagai wartawan muda dan jebolan UI, saya hadir di Salemba. Tak lama orasi2 mulai, saya dapat tiga pesan di pager: dari kantor, dari suami, dan dari orang tua. Semua isinya sama: segera pulang, rumah Lim Sui Liong di Gunung Sahari akan dibakar (kami tinggal di Kemayoran, tak jauh dari istana pemilik Indofood dan kroni Soeharto tsb). Namun bis dan mikrolet tak ada. Jalan Salemba seperti kota hantu walau halaman UI penuh demonstran. Berjalan kakilah saya dari Salemba. Untung seorang pengendara motor berbaik hati memberi tumpangan hingga perempatan Jl Angkasa. Sampai rumah putra saya Jack Bara yang masih bayi menangis di gendongan ayahnya, surat-surat penting dan pakaian seadanya sudah di travel bag. Kami siap cabut jika api menjalar... Untung tak terjadi. 

Demokrasi Indonesia kini telah 17 tahun, masih remaja namun terbukti makin dewasa. Bangga sekali dengan pidato Presiden Jokowi di pembukaan KAA bulan lalu. Sementara pada saat yang sama negara Inggris Raya tempat lahirnya demokrasi moderen, negara asal John Locke dan Magna Carta, sedang mengalami kemunduran demokrasi. Pemerintah Konservatif berencana menghapus UU HAM (Human Right Act 1988), mengurangi anggaran kesehatan (NHS) dan melegalkan kembali perburuan rubah. Rakyat miskin kian tergantung sumbangan sembako dari foodbank sementara sahabat kaya para politisi menikmati pengurangan pajak. Indonesia, ayo pimpin keadilan sosial di dunia!



No comments: